Sejarah di Bangunnya Tugu Monas di Indonesia

April 14, 2017
Sejarah di Bangunnya Tugu Monas di Indonesia - Siapa yang tidak tahu dengan tugu monas yang terletak di ibukota Indonesia Jakarta. Tugu Mona ini dibangun untuk mengenang  perlawanan dan usaha rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Menurut sejarahnya, bangunan setinggi 128,70 meter ini dibangun pada abad Presiden Sukarno, tepatnya tahun 1961. Awalnya, sayembara digelar oleh Sukarno untuk mencari lambing yang paling bagus sebagai ikon ibukota negara. Sang Presiden alhasil jatuh hati pada konsep Obelisk yang dirancang oleh Friederich Silaban. Namun ketika pembangunannya, Sukarno merasa kurang sreg dan kemudian menggantinya dengan arsitek Jawa berjulukan Raden Mas Soedarsono. Sukarno yang seorang insinyur mendiktekan gagasannya kepada Soedarsono sampai jadilah Tugu Monas menyerupai yang dapat kita saksikan ketika ini.

Proyek mercusuar pembangunan Monumen Nasional tersebut bersama-sama dilakukan ketika kondisi keuangan negara dalam masa kritis yang sangat hebat. Pada ketika itu, Sukarno juga tengah mengerjakan proyek lainnya yang mungkin dianggap lebih ‘mulia’, yakni pembangunan Masjid Istiqlal, masjid terbesar se-Asia Tenggara. Dihadapkan pada pilihan sulit, alhasil Sukarno lebih memilih merampungkan proyek Tugu Monas daripada rumah Allah tadi. Uniknya, kedua proyek besar tersebut selesai ketika Presiden Sukarno sudah tidak berkuasa lagi pasca pemberontakan G 30 S PKI.

1. Ukuran dan Isi Monas
Monas dibangun setinggi 132 meter dan berbentuk lingga yoni. Seluruh bangunan ini dilapisi oleh marmer.

2. Lidah Api
Di bab puncak terdapat cawan yang di atasnya terdapat pengecap api dari perunggu yang tingginya 17 meter dan diameter 6 meter dengan berat 14,5 ton. Lidah api ini dilapisi emas seberat 45 kg. Lidah api Monas terdiri atas 77 bab yang disatukan.

3. Pelataran Puncak
Pelataran puncak luasnya 11x11 m. Untuk mencapai pelataran puncak, pengunjung mampu menggunakan lift dengan lama perjalanan sekitar 3 menit. Di sekeliling lift terdapat tangga darurat. Dari pelataran puncak Monas, pengunjung mampu melihat gedung-gedung pencakar langit di kota Jakarta. Bahkan bila udara cerah, pengunjung dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat maupun Laut Jawa dengan Kepulauan Seribu.

4. Pelataran Bawah
Pelataran bawah luasnya 45x45 m. Tinggi dari dasar Monas ke pelataran bawah yaitu 17 meter. Di bab ini pengunjung dapat melihat Taman Monas yang merupakan hutan kota yang indah.

5. Museum Sejarah Perjuangan Nasional
Di bab bawah Monas terdapat sebuah ruangan yang luas yaitu Museum Nasional. Tingginya yaitu 8 meter. Museum ini menampilkan sejarah usaha Bangsa Indonesia. Luas dari museum ini ialah 80x80 m. Pada keempat sisi museum terdapat 12 diorama (jendela peragaan) yang menampilkan sejarah Indonesia dari jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang Bangsa Indonesia sampai G30S PKI.

Sukarno yang terkenal flamboyan ketika itu lebih memilih Monas karena merupakan simbol phallus raksasa. Tidak absurd bila simbol ibukota negaranya ialah simbol kejantanan seorang pria (phallus).

Sukarno ialah seorang visioner yang tidak tanggung-tanggung dan berpandangan jauh ke depan. Dia tidak membiarkan pembangunan phallus/lingga sendirian. Saat bersamaan, beliau juga memerintahkan pembangunan ‘pasangannya’, yakni Yoni sebagai simbol perempuan, sempurna di atas Monas. Jadilah Monas menyerupai yang terlihat sekarang, sebuah bangunan lambing penyatuan Lingga dan Yoni, simbol laki-laki dan perempuan.

Referensi:
http://forum.viva.co.id/sejarah/992117-sejarah-dan-asal-usul-pembangunan-tugu-monas.html
https://id-id.facebook.com/SudahTahukahAnda/posts/368883009880307

Artikel Terkait

Previous
Next Post »